" SUKU BALI "
SEJARAH BALI
Bali berasal dari kata “Bali” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita, supaya kita selalu siap untuk berkorban.
Bali merupakan sebuah pulau di Indonesia, sekaligus menjadi salah satu provinsi Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsi Bali adalah Denpasar. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya. Bali juga dikenal sebagai Pulau Dewata
Perbedaan pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu diberbagai daerah di Bali dalam zaman Majapahit dahulu, menyebabkan adanya dua bentuk masyarakat di Bali, ialah Masyarakat Bali-Aga dan Bali Majapahit (Wong Manjapahit).
Orang Bali-Aga pada umumnya mendiami desa-desa di daerah pegunungan seperti Sembiran, Cempaga Sidatapa, Pedawa, Tigawasa, di kabupaten Buleleng dan desa Tenganan Pegringsingan di kabupaten Karangasem.
Orang Bali-Majapahit yang pada umumnya diam di daerah-daerah dataran merupakan bagian yang paling besar dari penduduk pulau Bali.
1.2 BENTUK DESA
Desa dibali adalah terutama didasarkan atas kesatuan tempat. Sebagian dari tanah diwilayahnya adalah milik para warga desa sebagai individu, tetapi sebagian lagi adalah tanah yang ada dibawah hak ulayat desa. Desa-desa pegunungan biasanya mempunyai pola perkampungan yang memusat, sedangkan desa-desa yang mampunyai sistim banjar dan desa-desa di daerah daratan, mempunyai pola yang terpencar.
Disamping kesatuan wilayah, maka sebuah desa merupakan pula kesatuan keagamaan yang di tentukan oleh suatu kompleks kuli desa yang disebut kayangam. Tiga ialah pura puseh, pura bale-agung, dan pura dalem. Adakalanya pura puseh, pura bale-agung dijadikan satu, disebut pura desa.
1.3 MATA PENCARIAN HIDUP
· Bercocok tanam
Mata pencaharian pokok dari orang bali adalah bertani. Dapat dikatakan 70% dari mereka berpenghidupan bercocok tanam, dan hanya 30% hidup dari pertenakan, berdagang, menjadi buruh, pegawai atau lainnya. Didaerah Bali bagian utara, tanah dataran sedikit, curah hujan kurang, maka dari itu bercocok tanam relatif lebih terbatas dari pada dibali bagian selatan. Di daerah bali bagian selatan yang merupakan daerah dataran yang lebih luas, pada umumnya dengan curah hujan yang cukup baik, penduduk terutama mengusahakan bercocok tanam disawah.
· Peternakan
Berternak juga merupakan usaha yang penting dalam masyarakat pedesaan di Bali. Binatang piaraan yang terutama adalah babi dan sapi. Babi di pelihara terutama oleh para wanita. Biasanya sebagai sambilan dalam kehidupan rumah tangga. Sedangkan sapi sebagaian dipergunakan dalam hubungan dengan pertanian sebagai tenaga pembantu disawah atau diladang, dan sebagian dipelihara untuk dagingnya. Bisa dikatakan bahwa setiap rumah tangga di Bali memelihara babi sebagai sambilan karena pengembangbiakannya relative lebih cepat dari pada sapi. Di samping sapi dan babi juga dipelihara ternak kerbau, kuda, kambing, tetapi hasilnya relative jauh lebih kecil
· Perikanan
Mata pencarian dan perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut. Perikanan darat boleh dikatakan mata pencarian sambilan dari penanaman padi disawah terutama didaerah-daerah dengan cukup air. Jenis ikannya adalah ikan mas, karper, dan mujaer. Adapun perikanan laut terdapat didaerah sepanjang pantai. Jenis ikannya adalah seperti ikan tongkol, udang, cumi-cumi dengan menggunakan alat-alat seperti jala, pancing dan jerat.
· Kerajinan
Di Bali terdapat cukup banyak industri dan kerajinan rumah tangga usaha perseorangan atau usaha setengah besar yang membuat benda-benda anyaman, patung, kain tenun, benda-benda emas, perak dan besi. Bali menarik dalam bidang pemandangannya, aktivitas-aktivitas adat istiadat, upacara dan kesenian, maka banyaklah wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri, mengunjungi Bali. Untuk menunjang itu semua, maka timbulah perusahaan-perusahaan seperti perhotelan, taksi, travel, toko kesenian dan sebagainya. Terutama didaerah Denpasar, Gianyar, Bangli, Tabanan.
1.4 SISTEM KEMASYARAKATAN
a) Banjar
Di samping kelompok-kelompok patrilineal yang mengikat orang Bali
berdasarkan atas prinsip keturunan, adapula bentuk kesatuan-kesatuan
sosial yang di dasarkan atas kesatuan wilayah ialah desa. Pusat dari
Banjar adalah bale banjar dimana para warga banjar saling bertemu dan
berapat pada hari-hari yang tetap.
b) Subak
Subak itu berdiri seolah-olah lepas dari banjar dan mempunyai seorang kepala sendiri, ialah klian banjar yang bertanggungjawab kepada seorang kepala adat yang ada di atasnya, ialah sedahan agung. Hal itu disebabkan karena orang-orang yang menjadi warga suatu subak itu tidak semuanya sama dengan orang-orang yang menjadi warga sesuatu banjar. Warga subak adalah para pemilik atau penggarap sawah-sawah yang menerima air irigasinya dari bendungan-bendungan yang di urus oleh suatu subak.
c) Seka
Dalam kehidupan kemasyarakatan desa di Bali ada organisasi-organisasi yang bergerak dalam lapangan hidup yang khusus, ialah organisasi seka. Organisasi ini bias didirikan untuk waktu yang lama, bahkan untuk waktu yang meliputi angkatan-angkatan yang turun temurun, tetapi ada pula yang hanya bersifat sementara.
d) Gotong-royong.
Dalam bergotong-royong dapat dilihat saat mengolah sawah, memperbaiki atap rumah, membuat sumur dan lain sebagainya. Semua itu didasari oleh pengertian bahwa bantuan tenaga yang diberikan wajib dibalas dengan bantuan serupa. Selain itu terdapat pula gotong-royong antar sekaha yang disebut dengan ngendeng. Misalnya suatu perkumpulan gamelan diminta untuk ikut dalam penyelenggaraan suatu tarian dalam rangka suatu upacara odalan. Bentuk lain dari gotong rotong adalah kerja bakti menyangkut kepentingan agama, masyarakat dan pemerintah.
1.5 SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT BALI
Masyarakat Bali kebanyakan beragama Hindu, dan percaya adanya satu Tuhan dalam bentuk Trimurti yang Esa yaitu Brahmana (yang menciptakan), Wisnu (yang melindungi dan memelihara), dan Siwa (yang merusak). Selain itu juga percaya dengan para dewa yang memiliki kedudukan yang lebih rendah dari Trimurti yaitu dewa Wahyu (dewa angin), dewa Indra (dewa perang). Agama Hindu juga mempercayai Roh abadi. Dan mempercayai semua ajaran-ajaran yang berada dikitab wedha.
Tempat untuk melakukan persembahyangan (ibadah) agama Hindu di Bali dinamakan Pura atau Sangeh. Tempat ibadah ini merupakan bangunan-bangunan suci yang sifat nya berbeda-beda setiap tempat persembahyangan. Karena banyak sekali hampir beribu-ribu pura atau sangeh yang masing-masing pura tersebut mempunyai upacara adat yang sesuai dengan perayaan leluhur mereka sesuai sistem tanggalan nya sendiri-sendiri.
1.6 MASALAH PEMBANGUNAN DAN MODERNISASI
Proses perubahan kebudayaan masyarakat Bali sudah dimulai sejak jaman kolonial, dengan adanya sistem pendidikan di sekolah-sekolah dan pariwisata yang sudah dikembangkan secara luas pada waktu itu. Pendidikan saat itu hanya berkisar pada tingkat SD dan hanya di kawasan dua atau tiga kota saja sehingga proses perubahannya menjadi lamban. Pariwisata hanya menyebabkan perubahan-perubahan lahir dan tidak mengenai sendi-sendi dari masyarakat dan kebudayaan Bali.
Setelah kemerdekaan, Bali masih nampak seperti berabad-abad lalu, dan setelah itu, proses perubahan menjadi amat cepat dan besar. Jumlah sekolah bertambah pesat, pendidikan semakin intensif dan ekstensif, dan banyak pemuda-pemuda yang belajar ke luar Bali dan keluar negeri.
Sekarang telah tampak bahwa proses perubahan masyarakat dan kebudayaan Bali yang amat mencepat itu, telah mendapat efek sampai ke sendi-sendinya.dalam seksi-seksi di atas, keketatan hukum adat mengenai kasta atau klen sudah mulai kendor, dan dalam waaktu yang singkat akan timbuk penyederhanaan dalam sistem upacara keagamaan.
Dalam masa pembangunan ekonomi berdasarkan rencana-rencana pembangunan lima tahun sekarang ini, kecuali intensifikasi pertanian dan usaha mengembangkan industri-industri kecil, Bali dijadikan suatu daerah pariwisata yang utama yang memberi lapangan kerja yang luas kepada masyarakat Bali dan telah menstimulasi sektor kerajinan, seni lukis, seni tari dan seni suara, perhotelan, rekreasi dan transport, namun banyak orang Bali sendiri juga merasakan aspek-aspek negative dari perkembangan itu, yang mengancam nilai-nilai budaya yang mereka junjung tinggi.
1.7 TRADISI
Ø Aturan Pemberian Nama Anak Di Bali
1. Untuk Anak Pertama.
Dalam pemberian anak pertama, terdapat beberapa pilihan untuk diisikan pada paling depan nama anak, Yaitu :
- Gede
- Putu
- Wayan
Contohnya seperti nama kakak saya : “Wayan Widiada”. “Gede Budi Widiarta” dan juga pesepak bola timnas Indonesia U-19 “Putu Gede Juniantara”
*NB : Untuk Anak Perempuan Pertama bisa juga diberi nama : Luh. Contoh : ‘Luh Eka Safitri’
2. Untuk Anak Ke-dua
Dalam pemberian anak kedua, juga terdapat beberapa pilihan nama. Yaitu :
- Nengah
- Kadek
- Made
Contohnya seperti nama kakak saya : “Nengah Sastrawan”. Teman : “Kadek Aprilia
3. Untuk Anak Ke-tiga
Untuk anak ketiga itu hanya ada 2 pilihan nama. Yaitu :
a. Komang
b. Nyoman
Contohnya : Seperti nama dan kakak saya : “Komang
Sudana Yasa Pande”
c. Nyoman Pandiarta
4. Untuk Anak Ke-empat
Khusus untuk anak ke empat, tidak ada pilihan nama selain :
a. Ketut
Contohnya, Seperti Kakak Saya : “Ketut Suartama”
1.8 KERAGAMAN BUDAYA YANG DIMILIKI OLEH BALI
Ø Rumah Adat Bali
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-spek tersebut atau yang biasa disebut “Tri Hita Karana”. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya
Pada umumnya,bangunan/arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol ritual yang dibuat berupa patung.
Pada umumnya,bangunan/arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Ragam hias tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol ritual yang dibuat berupa patung.
Ø Upacara adat
Ngaben merupakan salah satu upacara yang dilakukan oleh Umat Hindu di Bali yang tergolong upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur). Ngaben berasal dari kata api yang mendapat awalan nga, dan akhiran an, sehingga menjadi ngaben, yang disandikan menjadi ngaben yang lama kelamaan terjadi pergeseran kata menjadi ngaben. Upacara Ngaben selalu melibatkan api, api yang digunakan ada 2, yaitu berupa api sebenarnya dan api yang berasal dari Puja Mantra Pendeta yang memimpin upacara. Versi lain mengatakan bahwa ngaben berasal dari kata beya yang artinya bekal, sehingga ngaben juga berarti upacara memberi bekal kepada Leluhur untuk perjalannya ke Sunia Loka.
Tujuan dari Ngaben :
1. Dengan membakar jenazah maupun simbolisnya kemudian menghanyutkan abu ke sungai, atau laut memiliki makna untuk melepaskan Sang Atma (roh) dari belenggu keduniawian sehingga dapat dengan mudah bersatu dengan Tuhan (Mokshatam Atmanam)
2. Membakar jenazah juga merupakan suatu rangkaian upacara untuk mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta (5 unsur pembangun badan kasar manusia) kepada asalnya masing-masing agar tidak menghalangi perjalan Atma ke Sunia Loka Bagian Panca Maha Bhuta yaitu : a. Pertiwi : unsur padat yang membentuk tulang, daging, kuku, dll b. Apah: unsur cair yang membentuk darah, air liur, air mata, dll c. Bayu : unsur udara yang membentuk nafas. d. Teja : unsur panas yang membentuk suhu tubuh. e. Akasa : unsur ether yang membentuk rongga dalam tubuh
Ø Hari Raya Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit. Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung /Macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di derah Bali.
RUMAH ADAT BALI
Gapura
Candi Bentar merupakan nama dari rumah adat Bali. Pengambilan nama Gapura Candi
Bentar berdasar dari bentuk bangunannya yaitu berupa gapura. Gapura tersebut
terdiri dari 2 bangunan candi dibangun sejajar dan serupa yang merupakan
gerbang pintu masuk kepekarangan rumah. Gapura tersebut tidak memiliki atap
atas yang memisahkan kedua bangunan candi, sehingga kedua bangunan gapura candi
tersebut terlihat tampak jelas terpisah, yang menghubungkan bangunan gapura
tersebut adalah berupa anak-anak tangga dan pagar besi yang menjadi pintu jalan
masuk. Disekitar bangunan gapura terdapat patung-patung yang merupakan simbol
dari kebudayaan Bali.

Rumah Adat Bali
|
Bagian-Bagian Rumah Adat Bali Beserta Fungsinya
Didalam rumah
adat Bali memiliki bagian-bagian penting dan mempunyai fungsi
masing-masing. Berikut ini penjelasannnya:
- Sanggah atau Pamerajan
merupakan tempat suci bagi keluarga yang tinggal.
- Panginjeng Karang adalah tempat
untuk memuja yang menjaga pekarangan.
- Bale Manten merupakan tempat
tidur kepala keluarga, anak gadis dan tempat menyimpan barang-barang
berharga. Bale Manten juga sering digunakan bagi pasangan yang baru
menikah.
- Bale Gede atau Bale Adat adalah
sebagai tempat upacara lingkaran hidup.
- Bale Dauh berfungsi sebagai
tempat kerja, pertemuan dan tempat tidur anak laki-laki.
- Paon yaitu berupa dapur yang
digunakan sebagai tempat memasak
- Lumbung merupakan tempat
penyimpanan makanan pokok seperti padi dan hasil bumi lainnya
Daftar Pustaka
Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
http://www.wisatahotelbali.com/2014/10/rumah-adat-bali.html